Langsung ke konten utama

BELENGGU LUKA

Emosi negatif adalah luka batin yang masih berdarah darah, yang dibawa ke mana mana, karena dia terluka, maka dia mengantisipasinya dengan membawa golok ke mana-mana dengan tujuan supaya dia tidak mendapatkan luka yang baru. Namun karena lukanya belum sembuh, dia menjadi begitu peka, sehingga senggolan kecil yang bagi orang lain tidak menyakitkan pun akan membuatnya nyeri, dan golok pun dia sabetkan kepada siapa pun yang membuat dirinya terluka.

Bila peka, memang kita sering melihat orang yang omongannya cukup pedas dan tingkah lakunya menyakitkan, sejatinya orang yang membawa luka yang belum sembuh, sudah tabiatnya dia pun menebar luka ke mana-mana, menebarkan ketidanyamanan kepada orang lain, jangankan orang lain, dirinya pun merasa tidak nyaman dengan dirinya.

Tanda-Tanda orang yang memiliki luka batin biasanya seperti ini :

  • Sensitif, karena pernah disakiti, dan dirinya tidak mau mengalami kembali hal tersebut, dia begitu peka dengan hal apa pun yang membuat dirinya luka,  pada candaan yang menurut orang lain biasa saja bagi orang yang memiliki luka batin akan terasa seperti pukulan yang menyakitkan.
  • Tidak mudah percaya, pengalaman pernah dilukai dan lukanya belum sembuh, mendorong dirinya untuk tidak percaya kepada siapa pun, pada gilirannya dia memilih menjadi pribadi tertutup bahkan kepada orang baik sekali pun.  
  • Sulit memaafkan, perlakuan orang lain pada dirinya yang dipandang terlalu menyakitkan untuk dimaafkan ini adalah hal yang biasa dikatakan oleh orang yang masih memendam luka, padahal memaafkan itu bukanlah untuk orang lain, namun untuk dirinya sendiri berupa kesediaan untuk melepaskan belenggu masa lalu, sehingga dirinya menjadi manusia baru yang tidak terikat pada memori masa lalu yang membuat dirinya tidak nyaman.
  • Sering khawatir, karena pernah dilukai dan dia memilih untuk memelihara perasaan terluka itu, tanpa disadari dirinya melempar kenangan pahit itu ke masa kini dan masa depan yang belum tentu terjadi, kejadiannya sudah berlalu, namun rasanya masih dibawa bawa saat ini dan masih terus dibawa.

Dengan memiliki kepekaan seperti ini, maka yang muncul dalam hati kita tidak lagi berupa amarah, namun berupa welas asih, pada saat yang sama kita pun fokus pada diri sendiri. dengan menyadari sepenuhnya untuk terus melepaskan belenggu emosi negatif yang ada pada diri kita.

Tidak mudah memang bila ditakdirkan menjadi manusia yang belum move on dari luka batin yang berdarah darah ini, sebab mereka memiliki logika untuk mempertahankan lukanya, dan mereka selalu punya alasan untuk melihat dunia yang suram ini.

Tanpa mereka sadari, mereka sering menuntut orang lain untuk memberi makan ketidakdewasaannya dengan kedewasaan orang lain, namun semua memiliki batas, semuanya memiliki tenggang waktu. Saat batasan itu tersentuh, maka yang tersisa bersama dirinya adalah orang yang sama sama tidak dewasa, sama sama terluka yang saling menguatkan perilakunya dan saling membenarkan ketidakdewasaanya dan hal ini semakin kecil kemungkinan pencerahan itu masuk dalam dirinya.

Pemahaman seperti ini akhirnya mendorong kita menahan diri untuk membalas cemoohannya atau pun sindirannya, dan pada saat yang sama kita terus berbenah, memperbaiki diri. Seperti halnya burung yang akan berkumpul dengan burung dengan jenis yang sama, bulu yang sama juga, harapannya kita pun dikumpulkan dengan mereka mereka yang terbuka dengan perbaikan dan terus fokus berbenah.

Teringat sabda Nabi : Barangsiapa memaafkan saat dia mampu membalas maka Allah akan memberinya maaf pada hari kesulitan.” (HR. Athbrani).

Maukah Anda melihat apa pun dari sisi yang berbeda?

Komentar

  1. Protekstif terhadp anak apa juga tanda ada luka batin bah?

    Proteknya "berlebihan"
    Anak gak boleh begini.... Gak boleh begitu...
    Bolehnya hanya manut yang dikata orang tua.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

RILEX

Diluar segala teori parenting yang ada, penting untuk memulai pondasi semuanya adalah mengajarkan kepada anak untuk rilex dalam menghadapi hidup, sebab rilex akan membawa ketenangan. Menurut Ibnu Siena, kepanikan adalah separuh penyakit, dan ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah titik permulaan dari kesembuhan.   Nyatanya memang banyak hal remeh menjadi besar karena kalut, banyak urusan kecil menjadi petaka karena tidak tenang. Kita bisa cek, hal kecil di rumah, betapa kesalahan kecil saja bisa berujung kepada masalah yang tidak seharusnya. Kita para lelaki tentu sering jadi bahan amukan hanya karena menyimpan handuk basah di sofa, dan para ibu-ibu sering dimarahi suami karena kelamaan dandan kalau mau keluar rumah. Namun bagi orang serius, hal receh dan terus-menerus dikerjakan para lelaki ini akan dimaknai sebagai kondisi suami yang tidak 1 frekwensi lagi, yang kemudia berujung pada pertengkaran. Padahal, jika emak emak belum mandi, ya tinggal pakai saja handuk i

TIRAKAT ORANGTUA UNTUK PENDIDIKAN ANAKNYA

Salah satu tirakat orangtua untuk pendidikan anaknya adalah tidak nunggak SPP. Ini biasanya saya sampaikan saat isi parenting bersama wali murid. Agak pahit memang tapi ini selalu saya sampaikan di akhir sesi. Karena memang pendidikan itu sejatinya olah pikir, tirakat batin Sependek yang saya tahu, dalam spp ada makan minum anak selama sekolah, kebayangkan bila tidak bayar spp dari mana anak bisa makan minum dan snack? Ya dari spp temannya. Dalam spp ada elemen kesejahteraan guru, meski tidak terlalu besar kayaknya, ada elemen pendidikan yang dia dapatkan selama belajar. Bisa saja utang menggunung, nyebar d mana-mana, namun khususon untuk spp jgn nunggak, itu tirakat terbaik orang tua. Entah untuk keberapa kali saya mendengar betapa pengurus yayasan harus pontang panting cari biaya untuk menutupi tunggakan spp yang menurut saya jumlahnya tidak sedikit. insan pendidikan itu rata-rata berjiwa halus, yang rasanya tidak mungkin menagih sekeras debt collector, bahkan menahan ijazah pun haru